Di
Bali rasanya mau ke tempat wisata apapun serba ada, mulai dari wisata
pantai, gunung, danau, kebun binatang, sampai wisata reliji ke
pura-pura. Pura Taman Ayun merupakan pura yang cukup terkenal di Bali
dan sering dijadikan sebagai objek wisata selain tempat beribadah umat
Hindu Bali, tentunya. Ribuan pura mengisi daratan Bali dengan sangat
kokohnya. Makanya Bali pantas mendapatkan julukan Pulau Seribu Pura.
Pura merupakan tempat sakral, suci, diagungkan oleh kalangan umat Hindu
Bali. Pura Bali ialah manifestasi dari keyakinan dan keimanan warga Bali
yang mayoritas beragama Hindu. Pura Bali merupakan rumah kedua warga
Bali setelah rumahnya sendiri, dimana mereka akan berduyun-duyun
mendatangi pura ketika momen-momen suci tiba. Selain untuk keperluan
religi bagi umat hindu, kehadiran pura juga memiliki dimensi wisata
serta dimensi ritual buadaya. Maka dari itu, sobat Sharing di Sini akan berbagi informasi mengenai pura-pura yang ada di Bali dan layak untuk dikunjungi.
#1 Pura Uluwatu
Eksistensi Pura Uluwatu memiliki nilai yang luhung bagi masyarakat
Bali yang terkenal begitu religius. Lingkungan pura Uluwatu sendiri
konon telah berdiri sejak sekitar abad ke-11, yang menurut perhitungan
kuno seusia dengan seorang empu terkenal bernama Empu Kuturan yang
mendirikan pelinggih di lingkungan Pura Besakih. Yang kemudian tempat
tersebut dipilih oleh Pendeta Dahyang Nirarta untuk mencapai moksa dan
menapaki hakikat kesucian jiwa yang bersih dari noktah dan dosa. Pura
ini merupakan Pura Sad Kahyangan yang dipercaya oleh masyarakat Hindu
Bali sebagai penyangga dari 9 mata angin. Pura Uluwatu memiliki beberapa
pura pesanakan. Maksudnya yakni pura yang sangat erat kaitannya dengan
pura induk. Pura pesanakan itu yakni Pura Bajurit, Pura Kulat, Pura
Pererepan, Pura Dalem Pangleburan, dan Pura Dalem Selonding. Dimana
masing-masing pura tersebut memiliki kaitan dengan Pura Uluwatu,
terutama pada hari piodalannya. Uluwatu termasuk wilayah Desa Pecatu,
Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Daerah tersebut jika ditempuh dari
Denpasar kurang lebih 30 km ke arah Selatan lewat kawasan pariwisata
Kuta, Bandara Ngurah Rai Tuban dan Desa Jimbaran. Tempat tersebut sangat
baik jika dipakai untuk olah raga papan selancar.
#2 Pura Tanah Lot
Nama Tanah Lot tentunya tak asing bagi para wisatawan yang telah
berulang kali datang ke Bali. Jangankan yang telah datang berulang kali,
masyarakat yang berada di luar wilayah Bali pun sudah sering mendengar
nama objek wisata sangat indah ini entah dari televisi, koran, internet,
cerita teman, dsb. Tanah Lot memang menyajikan keindahan alam yang
menakjubkan yang sulit untuk menemukan tandingannya. Di Tanah Lot ada
bangunan pura yang didirikan pada abad ke-15 M dimasa Pedanda Bawu Rawuh
atau Danghyang Nirartha yang berasal dari Kerajaan Majapahit. Ketika
itu, penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben dikabarkan iri terhadap
kesaktian Danghyang Nirartha yang mampu menaklukkan dan membuat simpati
masyarakat Bali. Lantas Bendesa Beraben menyuruh Danghyang Nirirtha
untuk meninggalkan tanah Bali. Beliau pun menyanggupi, namun sebelum ia
meninggalkan Tanah Lot, dengan kekuatan dan kekuasaannya ia memindahkan
sebuah bongkahan batu besar ke tengah pantai dan membangun pura disana.
Danghyang Nirirtha juga merubah selendangnya menjadi ular penjaga pura.
Sampai kinipun ular- tersebut masih ada, dimana secara ilmiah ular
tersebut termasuk ular laut yang memiliki ciri-ciri fisik seperti
berekor pipih laiknya ikan, berwarna hitam dan memiliki belang kuning di
tubuhnya, serta racunnya yang tiga kali lebih mematikan dibandingkan
racunnya ular kobra. Keindahan pura ini tak terlukiskan karena pura ini
terletak di tengah laut atau terpisah dari daratan. Di sekitar pura ini
terdapat beberapa pura lainnya yang berukuran lebih kecil, diantaranya
adalah pura Pekendungan. Dibagian barat terdapat mata air tawar yang
dianggap suci oleh Umat Hindu. Sementara dibagian bawahnya terdapat
beberapa gua dimana didalamnya hidup banyak ular berukuran besar, sedang
maupun kecil dengan aneka warna. Meski demikian ular-ular tersebut tak
berbahaya apabila tidak diganggu oleh pengunjung yang datang. Kalau air
laut surut maka pengunjung bisa langsung mendatangi pura untuk
bersembahyang atau sekadar menikmati keindahan pantai. Namun kalau air
laut sedang pasang, maka pura akan nampak seperti perahu yang terapung
diatas air.
#3 Pura Srijong
Pura Srijong memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan
pura-pura lainnya di Bali. Letaknya yang berada di bibir pantai yang
dikelilingi oleh pepohonan soka dan semak-semak membuat pura ini
memiliki daya tarik tersendiri bagi mereka yang mengunjunginya. Bukan
hanya itu, aura mistis nan mengandung kekuatan magis pun begitu kuat
terasa ketika berada di sekitar Pura Srijong. Kawasan Pura Srijong
termasuk areal yang sangat dijaga kesucian dan kelestariannya karena
nilai histori serta kesakralan yang dimiliki oleh pura ini, maka
patutlah menjadi pertimbangan tujuan wisata bagi Anda penggemar sejarah
serta bentuk arsitektur Bali nan indah. Pura Srijong berada di Desa Soka
Batu Lumbang, Kecamatan Bajera, Kabupaten Tabanan, Bali.
#4 Pura Dalem Balingkang
Pura Dalem Balingkang dikenal memiliki keunikan tersendiri karena
terdapatnya ornamen uang kepeng dan interiornya. Terlebih bangunan pura
ini juga sangat mirip dengan bentuk pagoda, dimana hal ini sangat
terkait dengan proses akulturasi budaya dengan Tionghoa yang akan
dijelaskan berikutnya. Pura Dalem Balingkang juga dulunya difungsikan
sebagai istana raja keturunan Raja Sri Jaya Pagus. Yang menarik ialah
keberadaan Palinggih Ratu Ayu Subandar yang didominasi dengan warna
mencolok; merah dan kuning. Tahukah Anda bahwa kedua warna itu sangat
khas dengan warna pada bangunan tempat peribadatan masyarakat Tionghoa,
Wihara. Yang berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada Kang Cing Wie yang
diyakini banyak membawa berkah. Pura Hindu di Bali dipengaruhi
oleh unsur-unsur Tionghoa, karena adanya proses akulturasi budaya
antara kebudayaan Bali dengan budaya Tionghoa.
5# Pura Langgar / Pura Dalem Jawa
Bali sekalipun mayoritas masyarakatnya beragama Hindu namun kerukunan
dan kedamaian antar-umat beragama berjalan dengan baik. Mereka yang
memiliki keyakinan yang berbeda hidup secara berdampingan dan jarang
sekali adanya percekcokan diantara mereka. Apakah ada buktinya? Salah
satunya bisa dilihat dengan adanya sebuah pura yang bernama Pura Langgar
atau juga dikenal dengan Pura Dalem Jawa. Mengapa sampai disebut pura
Langgar? Tiada lain dan tiada bukan karena bangunannya yang mirip dengan
sebuah Langgar atau tempat ibadahnya umat Muslim. Pura ini juga
memiliki cerita dan bentuk yang unik yang sangat erat kaitannya dengan
kebudayaan Islam yang masuk ke Bali sehingga sedikit banyak mampu
memengaruhi gaya arsitektur dan segala pernak-pernik pura ini. Pura
Langgar sendiri dibangun diatas kolam yang dipenuhi oleh bunga teratai.
Di Pura Langgar pelaksanaan pemujaan berbeda dengan pemujaan di pura
lain pada umumnya, dimana hewan yang digunakan untuk sesajen tidak
menggunakan daging babi namun diganti dengan daging ayam dan itik.
Selain itu, pura ini pun melaksanakan pemotongan hewan kurban layaknya
seperti pada Hari Raya Idul Adha yang dilakukan oleh umat Islam hanya
saja pelaksanaannya dilakukan sehari sebelum Hari Raya Nyepi atau
sekitar bulan Februari. Pura Langgar memang menjadi tempat pemujaan
bagi umat Hindu namun banyak juga umat Islam yang datang kesini untuk
berziarah dan melihat secara langsung keunikan pura ini. Pura ini
dilengkapi juga dengan beberapa fasilitas seperti; tempat wudhu dan
sholat bagi umat Islam, toilet dan area parkir. Dimanakah lokasinya Pura
Langgar ini? Yakni berada di Desa Bunutin, Bangli, masuk dalam kawasan
Kabupaten Bangli, Bali. Untuk mencapai lokasi pura ini, Anda membutuhkan
waktu kurang lebih 45 menit atau sekitar 32 km dari Kota Denpasar Bali.
#6 Pura Taman Sari
Pura Taman Sari. Dalam lingkungan pura ini terdapat dua buah Meru
Tumpang Sebelas dan Meru Tumpang Sembilan yang pada bagian dasarnya
dikelilingi oleh kura-kura raksasa yang dikelilingi oleh kolam dengan
dibelit Naga Ananthaboga. Hal tersebut mengisahkan saat para Dewa
memutar air kehidupan (amerta) yang bertujuan untuk kebahagiaan dan
kesejahteraan umat manusia. Lingkungan Pura Taman Sari juga menjadi
objek penelitian karena penilaian bahwa di lingkungan pura ini sarat
akan nilai historisitas. Betapa tidak, pura ini dianggap sangat penting
karena dulunya pernah menjadi lokasi penyimpanan senjata pusaka dari
Kerajaan Majapahit yang dipunyai oleh Dinasti Kepakisan. Meskipun
sebagian besarnya senjata-senjata pusaka tersebut telah dirampas oleh
kolonialisme Belanda, namun hiasan Padma Anglayang yang menjadi lambang
kekuasaan Majapahit masih tersimpan di lingkngan pura ini. Pura Taman
Sari berada di Banjar Sengguhan, Kelurahan Semarapura Kangin, Kecamatan
Klungkung, Kabupaten Klungkung. Dari ibukota Denpasar menuju Pura Taman
Sari menempuh jarak lebih kurang 50 km.
#7 Pura Ulun Danu
Pura Ulun Danu yang dibangun sekitar abad ke-XVI. Pura ini dibangun
pasti ada maksud dan tujuannya yakni sebagai tempat pemujaan Dewi Danu
yang dipercaya masyarakat sebagai Dewi Kemakmuran. Dan pura inilah yang
disebut-sebut sebagai ikon Bali selain Pura Besakih, Kecak, Legong dan
Kecak. Pura ini terletak di sebelah barat Danau Beratan, dengan posisi
yang agak menjorok terdapat sebuah pura dengan meru yang menjulang
begitu anggun. Jika dilihat dari Bedugul, begitu indahnya pemandangan
Danau Beratan beserta lingkungan yang mengitarinya. Hamparan Danau
Beratan membuat mata siapapun terbelalak dan tersadar bahwa kuasa Tuhan
sebagai sang Pencipta sungguh tiada bandingannya. Kesejukan dan
kenyamanan ketika berada di danau inipun serta merta menyibak sanubari
siapapun. Kita bisa menuju ke Pura Ulun Danu dengan menggunakan perahu
dayung , perahu motor atau menggunakan Jet Sky yang disediakan. Pura
Ulun Dalun terletak di kawasan Bedugul yang berada di Desa Candikuning,
Tabanan, Bali.
#
8 Pura Ponjok Batu
Lingkungan pura ini sangat unik karena merupakan sebuah tanjung yang
terdiri dari batu dimana dari celah-celah batu itu tumbuh pohon kamboja
dan semak yang terlihat begitu indah. Dalam terminologi Bali, “Ponjok
Batu” ialah Tanjung Batu. Lingkungan Pura ini merupakan lingkungan Pura
tempat pemujaan/persembahyangan umum untuk mohon keselamatan. Dari depan
lingkungan pura yang dibatasi jalan raya menuju Amlapura terlihat
pemandangan Laut Jawa yang terbentang luas yang dapat menimbulkan
ketenangan jiwa dan menumbuhkan inspirasi bagi pengunjungnya. Laut yang
tenang yang ditumbuhi beberapa pohon tua di sekitar bukit menambah
keindahan lokasi dan penduduk setempat memanfaatkannya untuk keperluan
sehari-hari. Lingkungan Pura Ponjok Batu ini berada di sebelah timur
Singaraja, terketak di Pantai utara Bali dimana termasuk dalam wilayah
Kecamatan Tejakula, Kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng.
#
9 Pura Agung Besakih
Nama Pura Agung Besakih bisa dikatakan sama terkenalnya dengan Tanah Lot, Kuta,
atau Gunung Agung di Bali karena tempat peribadatan umat Hindu ini
merupakan induk pura-pura yang ada di Pulau Dewata. Pura ini masih
menyandang konsep terdahulu, yakni terdiri dari 18 pura pendukung
(pekideh) yang merupakan satu kesatuan konsep dengan titik pusat berada
di Pura Agung Besakih. Kawasan Pura Besakih menempati areal yang lumayan
luas dalam radius sekitar 3 kilometer dengan Pura Pesimpangan di sisi
hilir dan Pura Pangubengan di sisi hulu. Dalam setiap tahunnya di Pura
Agung Besakih kerap diadakan upacara Bhatara Turun Kabeh, atau sering
juga disebut dengan Ngusaka Kadasa.
#10 Pura Goa Gajah
Ketika Anda mendengar nama Goa Gajah pasti langsung terbersit
difikiran bahwa goa tersebut banyak gajahnya, atau bahkan goa tersebut
dibuat untuk dihuni para gajah. Lantas, benarkah seperti itu? Goa Gajah
ini merupakan salah satu situs peninggalan sejarah di Nusantara.
Sebenarnya yang disebut Goa Gajah tersebut merupakan bangunan sebuah
pura, namun karena bentuknya yang menyerupai gajah maka dinamakan Pura
Goa Gajah. Dari mana asal kata Goa Gajah? Kata ini sebenarnya berasal
dari Lwa Gajah, sebuah kata yang muncul pada lontar Kertagama yang
disusun oleh Mpu Prapanca sekitar tahun 1365 M dan dibangun pada sekitar
abad ke-11. Seperti halnya nasib situs-situs bersejarah lainnya, situs
ini juga pernah tertimbun tanah sebelum akhirnya ditemukan kembali pada
sekitar tahun 1923. Ketika hendak masuk ke objek wisata ini, pengunjung
harus terlebih dahulu memakai selendang yang telah disediakan di loket
sebelum masuk. Kemudian pengunjung akan melewati jalan setapak yang
menurun dan berundak-undak mendekati lokasi wisata. Goa Gajah sendiri
telah mulai menampakkan keindahannya dari ketinggian karena memang
posisinya yang berada dibawah. Setelah mendekat di bibir goa, maka
pengunjung bisa langsung menikmati keindahan pahatan mulut goa dengan
gaya khas Bali yang melambangkan hutan lebat dan makhluk hidup
penghuninya. Pura Goa Gajah terletak di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh
Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar. Jaraknya dari Denpasar Kurang
lebih 26 Km, sangat mudah dicapai. Di sana ada kios-kios kesenian dan
Rumah makan. Pura ini di lingkupi oleh persawahan dengan keindahan
ngarai sungai Petanu, berada pada jalur wisata Denpasar – Tampaksiring –
Danau Batur – Kintamani.
#11 Pura Rambutsiwi
Rambutsiwi yang dikenal sebagai objek wisata merupakan lingkungan
sebuah pura yang bernama Pura Rambutsiwi. Lokasi pura ini begitu menawan
karena dikelilingi oleh pesawahan yang membentang luas dan
berundak-undak khas Bali, dimana di sebelah selatannya terdapat gundukan
tebing dan batu karang yang lumayan curam. Jika pengunjung bersedia
menaiki tebing maka akan terlihat hamparan warna biru Samudera Indonesia
yang dihiasi dengan deburan ombak. Di sebelah barat daya lingkungan
pura ada balai yang disediakan secara khusus untuk menikmati sajian alam
yang indah berupa panorama laut yang membentang sampai sejauh mata
memandang.
Tepat disebelah selatan, tak jauh dari tempat istirahat tersebut
terdapat undakan yang biasa digunakan untuk menuruni sampai ke pantai.
Di pinggir pantai, pada sebuah tebing batu karang terdapat sebuah goa
yang dianggap suci oleh masyarakat sekitar. Suasana di Rambutsiwi
tersebut sangat tenang, nyaman dan damai sangat tepat untuk menenangkan
fikiran dan bersantai. Rambutsiwi terletak di pinggir pantai selatan
Pulau Bali bagian barat yang termasuk wilayah Desa Yehembang Kangin,
Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana.
#12 Pura Taman Ayun
Pura Taman Ayun memiliki usia yang sudah sangat tua sekitar 400-an
tahun (dibangun sekitar tahun 1634). Di setiap sudut Pura Taman Ayun
tercermin nilai eksotika yang luhung menggambarkan si pembuatnya yang
mengerti ihwal keindahan dan keserasian hidup. Sebagaimana
telah disebutkan bahwa lingkungan Pura Taman Ayun merupakan lingkungan
kerajaan yang telah ada sejak tahun 1634. Lingkungan pura ini
dikelilingi oleh kolam yang berisi bunga teratai. Lingkungan Taman Pura
Ayun juga terbagi menjadi tiga halaman dan ditumbuhi oleh beberapa
tumbuhan hijau dan rerumputan yang dielihara dengan rapi, juga dihiasai
barisan maru, Paibon dan Padmasana Singgasana Sang Hyang Tri Murti.
Tepat di seberang lingkungan pura ini terdapat sebuah museum yang
dinamakan Museum Manusa Yadnya, yakni museum upacara kemanusiaan sejak
manusia masih berada dalam kandungan sampai akhir hayat dan mayatnya
dibakar (Ngaben). Demikian pula dikanan dan kiri pura diwarnai dengan
kerapian kompleks perkampungan masyarakat tradisional setempat. Tak
hanya itu, di seberang jalan terdapat jeram-jeram yang menantang dengan
parit-parit yang berkelok-kelok. Di sebelah barat Taman Ayu terdapat
bangunan Wisata Mandala yang dilengkapi dengan bar dan restauran untuk
kepentingan para wisatawan. Demikian pula warung-warung yang menjual
makanan dan minuman banyak pula ada di sebelah Selatan lingkungan Pura.
Di sana juga ada Museum Manusa Yadnya yang memamerkan “Daur Hidup”,
taman bunga, toilet dan sarana parkir yang cukup memadai. Taman Ayun
terletak di Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Dari kota
Denpasar jaraknya lebih kurang 18 km menuju arah barat laut mengikuti
jalan jurusan Denpasar-Singaraja melalui Bedugul.
#13 Pura Tirta Empul Tampaksiring
pura yang masyhur di Bali adalah Pura Empul Tampaksiring yang
berlokasi di sebuah desa sekitar 36 km dari Ibukota Denpasar. Di
lingkungan pura ini terdapat beberapa bangunan bersejarah lainnya
diantaranya yakni Istana Presiden yang dibangun dimasa pemerintahan
presiden Soekarno. Dalam sejarahnya nama pura ini diambil dari nama mata
air yang terdapat dibagian dalam pura yang bernama Tirta Empul. Jika
ditelaah secara etimologi nama Tirta Empul memiliki arti air yang
menyembul keluar dari tanah sehingga memiliki arti bahwa air suci yang
menyembur keluar dari tanah. Air di pura ini mengalir ke sungai
Pakerisan. Pura ini diperkirakan dibangun sejak zaman Raja Chandra
Bhayasingha dari Dinasti Warmadewa. Pura ini dibagi menjadi tiga bagian
yakni Jaba Pura atau halaman muka, Jaba Tengah atau halaman tengah, dan
Jeroan atau bagian dalam pura. Di bagian tengah pura ini terdapat dua
buah kolam persegi empat dimana kolam tersebut memiliki sekitar 30 buah
pancuran yang berderet dari timur ke barat menghadap ke selatan.
Masing–masing pancuran itu menurut tradisi mempunyai nama tersendiri
diantaranya pancuran Pengelukatan, Pebersihan, Sudamala dan Pancuran
Cetik (racun).Tirta Empul adalah sebuah pura yang terletak di Desa
Manukaya, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar, Bali.
Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Atau sekitar 13 km dari Kota Tabanan yang bisa ditempuh dengan 10-15 menit saja.
#14 Pura Gowa Lawah
Pura Goa Lawah merupakan sebuah pura yang terletak di Gua Kelelawar
di Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan. Bisa dipastikan bahwa ketika Anda
hendak menuju ke Candikasi, maka akan melewati Pura Goa Lawah ini.
Lokasinya sangat strategis karena terletak diantara Kabupaten Klungkung
dan Karangasem. Pura Goa Lawah sendiri merupakan sebuah kompleks pura
yang lumayan luas dan berada di sisi kiri jalan jika Anda menuju ke
Karangasem dan tepat di seberangnya adalah pantai yang memiliki pasir
hitam. Pura Goa Lawah merupakan salah satu dari sembilan Pura Sad
Khayangan. Di bagian tengah akan ada sebuah Goa yang dihuni banyak
kelelawar. Pernah ada yang menyebutkan bahwa seorang pangeran dari
Mengwi pernah bersembunyi di gua ini dengan maksud untuk berlindung dan
mengikuti jalan terowongan gua yang muncul di Pura Besakih di lereng
Gunung Agung.
#15 Pura Alas Kedaton
Alas Kedaton adalah tempat wisata yang cukup ternama di Pulau Bali
yang memiliki ciri khas hutannya yang lebat dan asri, serta didiami
berbagai macam satwa-satwa yang menggemaskan dan lucu, seperti kera dan
kelelawar. Dengan luas lahan sekitar 6,5 hektar, Alas Kedaton dihuni
oleh populasi keranya yang mencapai 1.800 ekor. Alas kedaton hingga kini
sangat terjaga kelestariannya karena adat-istiadat penduduknya yang
berpantang untuk menebang pohon sembarangan, apalagi jika sampai
melakukan penggundulan hutan. Didalam hutannya ada sebuah pura yang
dinamakan Pura Alas Kedaton. Pura ini dikelilingi oleh hutan yang lebat
dengan aneka macam tetumbuhan dan hewan yang hidup didalamnya. Ketika
wisatawan mengunjungi area tersebut, maka terlihat beberapa pemandu
jalan bersiap untuk mengantar dan menjelaskan segala hal yang terdapat
di Alas Kedaton.
Ketika pengunjung baru beberapa meter saja memasuki area Alas
Kedaton, dijamin akan banyak kera yang menyambangi, makanya sejak awal
perlu dipersiapkan makanan kecil seperti kacang tanah, untuk memberi
makan kera-kera tersebut. Objek wisata reliji ini berada di Desa Kukuh,
Kecamatan Marga , sekitar 4 km dari Tabanan. Untuk menuju ke lokasi pura
ini cukup ditempuh dengan waktu sekitar 40 menit dari Kuta dengan
melalui daerah Denpasar-Bedugul, dan ketika sudah sampai di Desa Denkayu
Mengwi, belok kiri kurang lebih sekitar 5 km.
Selamat berkunjung ke Bali dan tentunya jangan lupa mengunjungi Pura yang merupakan salah satu icon dari Pulau Dewata Bali.
Sumber:
http://sharingdisini.com/2012/11/01/15-pura-di-bali-yang-layak-dikunjungi/
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Related Post
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara ke Bali
Bandara di Bali
Pelabuhan di Bali
Akomodasi Kendaraan di Bali
Hotel di Bali
Vila di Bali
Tempat Surfing di Bali
Tempat Diving di Bali
Restoran di Bali
Kawasan Wisata di Bali
Pantai di Bali
Wisata Seru di Bali
Kerajinan di Bali
Objek Wisata di Bali
Salon dan Spa di Bali
Batu Permata Bali
Art Shop di Bali
Museum di Bali
Gunung di Bali
Uli/Akar Bahas Khas Bali
Mustika Les Khas Bali
Bahasa Bali
Danau di Bali
Pura di Bali
Tari-tarian Bali
Pakaian Adat Bali
Kabupaten di Bali
Dinas Pariwisata Provinsi Bali
Pemerintah Daerah Provinsi Bali
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Related Post
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara ke Bali
Bandara di Bali
Pelabuhan di Bali
Akomodasi Kendaraan di Bali
Hotel di Bali
Vila di Bali
Tempat Surfing di Bali
Tempat Diving di Bali
Restoran di Bali
Kawasan Wisata di Bali
Pantai di Bali
Wisata Seru di Bali
Kerajinan di Bali
Objek Wisata di Bali
Salon dan Spa di Bali
Batu Permata Bali
Art Shop di Bali
Museum di Bali
Gunung di Bali
Uli/Akar Bahas Khas Bali
Mustika Les Khas Bali
Bahasa Bali
Danau di Bali
Pura di Bali
Tari-tarian Bali
Pakaian Adat Bali
Kabupaten di Bali
Dinas Pariwisata Provinsi Bali
Pemerintah Daerah Provinsi Bali
Post a Comment